Selasa, 14 November 2017

Makalah dan ASKEP RHD



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Penyakit jantung reumatik merupakan proses imun sistemik sebagai reaksi terhadapinfeksi streptokokus hemolitikus di faring (Brunner & Suddarth, 2001).Penyakit jantung reumatik adalah penyakit peradangan sistemik akut ataukronik yang merupakan suatu reaksi autoimun oleh infeksi Beta StreptococcusHemolyticus Grup A yang mekanisme perjalanannya belum diketahui, dengansatu ataulebih gejala mayor yaitu Poliarthritis migrans akut, Karditis, Koreaminor, Nodulsubkutan dan Eritema marginatum (Lawrence M. Tierney, 2002).Penyakit jantung rematik adalah penyakit yang ditandai dengan kerusakan padakatup jantung akibat serangan karditis rematik akut yang berulang kali (Arif Mansjoer,2002).
RHD atau yang lebih dikenal dengan Reumatik Heart Disease terdapat diseluruhdunia. Lebih dari 100.000 kasus baru demam rematik didiagnosa setiap tahunnya,khususnya pada kelompok anak usia 6-15 tahun. Cenderung terjangkit pada daerahdengan udara dingin, lembab, lingkungan yang kondisi kebersihan dan gizinya kurangmemadai.Sementara dinegara maju insiden penyakit ini mulai menurun karena tingkat perekonomian lebih baik dan upaya pencegahan penyakit lebih sempurna. Dari data 8rumah sakit di Indonesia tahun 1983-1985 menunjukan kasus RHD rata-rata 3,44 ℅ dari seluruh jumlah penderita yang dirawat.Secara Nasional mortalitas akibat RHD cukuptinggi dan ini merupakan penyebab kematian utama penyakit jantung sebelum usia 40tahun.
B.     Rumusan Masalah
1.      Pengertian RHD
2.      Penyebab RHD
3.      Patofisiologi RHD
4.      Patwhay RHD
5.      Data Lab RHD
6.      Askep RHD



C.    Tujuan
1.      Tujuan umum
Mahasiswa mampu menguasai tentang penyakit RHD
2.      Tujuan khusus
a.       Mahasiswa mampu mengetahui apa itu RHD?
b.      Mahasiswa dapat mengetahui penyebab RHD
c.       Mahasiswa dapat mengetahui patofisiologi RHD
d.      Mahasiswa dapat memahami data leb pasien RHD
e.       Mahasiswa dapat mengetahui askep RHD



BAB II
PEMBAHASAN

1.      Pengertian
Rematoid heart disease ( RHD ) merupakan penyebab terpenting dari penyakit jantung yang didapat,baik pada anak maupun pada dewasa. Rematoid fever adalah peradangan akut yang sering diawali oleh peradangan pada farings. Sedangkan RHD adalah penyakit berulang dan kronis. Pada umumnya seseorang menderita penyakit rematoid fever akut kira-kira dua minggu sebelumnya pernah menderita radang tenggorokan.
Reumatoid heart disease (RHD) adalah suatu proses peradangan yang mengenai jaringan-jaringan penyokong tubuh, terutama persendian, jantung dan pembuluh darah oleh organisme streptococcus hemolitic-b grup A (Pusdiknakes, 1993).
RHD adalah suatu penyakit peradangan autoimun yang mengenai jaringan konektif seperti pada jantung,tulang, jaringan subcutan pembuluh darah dan pada sistem pernapasan yang diakibatkan oleh infeksi streptococcus hemolitic-b grup A.



Demam reumatik adalah suatu sindroma penyakit radang yang biasanya timbul setelah suatu infeksi tenggorok oleh steptokokus beta hemolitikus golongan A, mempunyai kecenderungan untuk kambuh dan dapat menyebabkan gejala sisa pada jantung khususnya katub (LAB/UPF Ilmu Kesehatan Anak, 1994)
Penyakit jantung reumatik adalah penyakit yang di tandai dengan kerusakan pada katup jantung akibat serangan karditis reumatik akut yang berulang kali. (kapita selekta, edisi 3, 2000)
 Demam Reumatik / penyakit jantung reumatik adalah penyakit peradangan sistemik akut atau kronik yang merupakan suatu reaksi autoimun oleh infeksi Beta Streptococcus Hemolyticus Grup A yang mekanisme perjalanannya belum diketahui, dengan satu atau lebih gejala mayor yaitu Poliarthritis migrans akut, Karditis, Korea minor, Nodul subkutan dan Eritema marginatum



2.      Penyebab/Etiologi
Penyebab secara pasti dari RHD belum diketahui, namun penyakit ini sangat berhubungan erat dengan infeksi saluran napas bagian atas yang disebabkan oleh streptococcus hemolitik-b grup A yang pengobatanya tidak tuntas atau bahkan tidak terobati. Pada penelitian menunjukan bahwa RHD terjadi akibat adanya reaksi imunologis antigen-antibody dari tubuh.Antibody yang melawan streptococcus bersifat sebagai antigen sehingga terjadi reaksi autoimun.
Terdapat faktor-faktor predisposisi yang berpengaruh pada reaksi timbulnya RHD :
a.       Faktor-faktor pada individu
·         Faktor Genetik
Meskipun pengetahuan tentang faktor genetik  pada RHD ini tidak lengkap namun pada umumnya ada pengaruh faktor keturunan pada proses terjadinya RHD, walaupun cara penurunanya belum dapat dipastikan.
·         Jenis Kelamin
Dulu sering dinyatakan bahwa RHD lebih sering terjadi pada anak wanita daripada anak laki-laki.



·         Golongan Etnik dan Ras
Data di Amerika menunjukan bahwa serangan awal maupun serangan ulangan lebih sering terjadi pada orang berkulit hitam dibandingkan orang berkulit putih
•    Umur
RHD paling sering terjadi pada anak-anak berumur antara 6- 15 tahun ( usa sekolah ) dengan puncak sekitar umur 8 tahun. Tidak biasanya ditemukan pada anak sebelum berumur 3 tahun atau setelah 20 tahun
b.      Faktor-faktor lingkungan
·         Keadaan sosial ekonomi yang buruk
Keadaan sosial ekonomi yang buruk adalah sanitasi lingkungan yang buruk, rumah dengan penghuni yang padat, rendahnya pendidikan sehingga pemahaman untuk segera mencari pengobatan anak yang menderita infeksi tenggorokan sangat kurang ditambah pendapatan yang rendah sehingga biaya perawatan kesehatan kurang.



·         Iklim dan geografis
RHD adalah penyakit kosmopolit. Penyakit ini terbanyak didapatkan pada daerah beriklim sedang,tetapi data akhir-akhir ini menunjukan bahwa daerah tropispun mempunyai insiden yang tinggi. Didaerah yang letaknya tinggi, insiden RHD lebih tinggi daripada dataran rendah
·         Cuaca
Perubahan cuaca yang mendadak sering mengakibatkan insiden infeksi saluran napas atas meningkat, sehingga mengakibatkan kejadian RHD juga dapat meningkat.



3.      Patofisiologi
Terjadinya jantung rematik disebabkan langsung oleh demam rematik, suatu penyakit sistemik yang disebabkan oleh infeksi streptokokus grup A. demam rematik mempengaruhi semua persendian, menyebabkan poliartritis. Jantung merupakan organ sasaran dan merupakan bagian yang kerusakannya paling serius.
Kerusakan jantung dan lesi sendi bukan akibat infeksi, artinya jaringan tersebut tidak mengalami infeksi atau secara langsung dirusak oleh organism tersebut, namun hal ini merupakan fenomena sensitivitas atau reaksi, yang terjadi sebagai respon terhadap streptokokus hemolitikus.
Leukosit darah akan tertimbun pada jaringan yang terkena dan membentuk nodul, yang kemudian akan diganti dengan jaringan parut. Miokardium tentu saja terlibat dalam proses inflamasi ini; artinya, berkembanglah miokarditis rematik, yang sementara melemahkan tenaga kontraksi jantung. Demikian pula pericardium juga terlibat; artinya, juga terjadi pericarditis  rematik selama perjalanan akut penyakit. Komplikasi miokardial dan pericardial biasanya tanpa meninggalkan gejala sisa yang serius. Namun sebaliknya endokarditis rematik mengakibatkan efek samping kecacatan permanen.
Endokarditis rematik secara anatomis dimanifestasikan dengan adanya tumbuhan kecil yang transparan, yang menyerupai manik dengan ukuran sebesar kepala jarum pentul, tersusun dalam deretan sepanjang tepi bilah katup. Manic-manik kecil itu tidak tampak berbahaya dan dapat menghilang tanpa merusak bilah katup, namun yang lebih sering mereka menimbulkan efek serius. Mereka menjadi awal terjadinya suatu proses yang secara bertahap menebalkan bilah-bilah katup, menyebabkan menjadi memendek dan menebal disbanding yang normal, sehingga tidak dapat menutup dengan sempurna. Terjadilah kebocoran, suatu keadaan yang disebut regurgitasi katup.Tempat yang palinh sering mengalami regurgitasi katup adalah katup mitral.



4.      Patwhay


























5.      Data Lab
a.       Pemeriksaan laboratorium
Dari pemeriksaan laboratorium darah didapatkan peningkatan ASTO, peningkatan laju endap darah (LED), terjadi leukositosis, dan dapat terjadi penurunan hemoglobin .
b.      Radiologi
Pada pemeriksaan foto thoraks menunjukan terjadinya pembesaran pada jantung.
c.       Pemeriksaan Echokardiogram
Menunjukan pembesaran pada jantung dan terdapat lesi
d.      Pemeriksaan Elektrokardiogram
Menunjukan interval P-R memanjang.
e.       Hapusan tenggorokan
ditemukan steptococcus hemolitikus b grup A


6.       
6.      Askep
Pengkajian
1.        Identitas Klien
·         Timbul pada umur 5-15 th, wanita dan pria = 1 : 1
·         Sering ditemukan pada lebih dari satu anggota keluarga yang terkena, lingkungan sosial juga ikut berpengaruh.
2.    Keluhan utama : Sakit persendian dan demam.
3.    Riwayat penyakit sekarang
Demam, sakit persendian, kardits, nodu noktan timbul minggu, minggu pertama, entena marginatun timbul pada akal penyakit, cloera, timbul gerakan yang tiba-tiba.
4.    Riwayat penyakit dahulu: Fonsilitis, faringitis, autitis media.
5.    Riwayat penyakit keluarga: Ada keluarga yang menderita penyakit jantung
6.    ADL
a.       Aktifitas
Keletihan, malaise, keterbatasan rentang gerak atropi otot, kontraktur/ kelainan pada sendi otot.
b.       Cardio vaskuler
Fenomena reynoud jari tangan/ kaki misalnya pusat intermitten sianosis, kemerahan pada jari
c.        Integritas ego
Faktor stres akut/ kronis seperti finansial,pekerjaan, ketidakmampuan, ancaman pada konsep diri.
d.       Nutrisi
Penurunan berat badan kekeringan pada membran mukosa, dehidrasi, kesulitan mengunyah, mual, anoreksia.
e.       Higiene
Ketergantungan pada orang lain, berbagai kesulitn untuk melaksanakan aktifitas perawatan pribadi.


f.        Interaksi social
Perubahan peran, isolasi.
7.      Pemeriksaan
a.       Pemeriksaan Umum
Keadaan umum lemah
Suhu : 38 – 390
Nadi cepat dan lemah
BB: turun
TD: sistol, diastole
Pemeriksaan fisik
·   Kepala dan leher meliputi keadaan kepala, rambut, mata.
·    Nada perkusi redup, suara nafas, ruang interiostae dari nosostae takipnos serta takhikardi
·   Abdomen pembesaran hati, mual, muntah.
b.Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan darah
Astopiter
LED
Hb
Leukosit
Pemeriksaan EKG
Pemeriksaan hapus tenggorokan.

Diagnosa Keperawatan
1.       Penurunan curah jantung berhubungan dengan adanya gangguan pada penutupan katup mitral ( stenosiskatup )
2.       Nyeri akut/kronis berhubungan dengan distensi jaringan oleh akumulasi cairan/proses inflamasi, destruksi sendi.
3.       Ketidakseimbangan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan asam lambung akibat kompensasi sistem saraf simpatis

 Intervensi
Diagnosa
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
Diagnosa I
Penurunan curah jantung berhubungan dengan adanya gangguan pada penutupan katup mitral ( stenosiskatup )
Tujuan:
Setelahdiberikan asuhan keperawatan,penurunan curah jantung dapat  diminimalkan.
Kriteria hasil:
1.    Menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas yang dapat diterima (disritmia terkontrol atau hilang).
2.    bebas gejala gagal jantung (mis : parameter hemodinamik dalam batas normal, haluaran urine adekuat).
3.    Melaporkan penurunan episode dispnea,angina. Ikut serta dalam akyivitas yang mengurangi beban kerja jantung.
1.     Kaji frekuensi nadi, RR, TD secara teratur setiap 4 jam.




2.     Kaji perubahan warna kulit terhadap sianosis dan pucat.



3.     Batasi aktifitas secara adekuat.



4.     Berikan kondisi psikologis lingkungan yang tenang.


5.      Kolaborasi untuk pemberian oksigen

6.     Kolaborasi untuk pemberian digitalis
1.    Memonitor adanya perubahan sirkulasi jantung sedini mungkin dan terjadinya takikardia-disritmia sebagai kompensasi meningkatkan curah jantung
2.    Pucat menunjukkan adanya penurunan perfusi perifer terhadap tidak adekuatnya curah jantung. Sianosis terjadi sebagai akibat adanya obstruksi aliran darah pada ventrikel.
3.    Istirahat memadai diperlukan untuk memperbaiki efisiensi kontraksi jantung dan menurunkan komsumsi O2 dan kerja berlebihan.
4.    Stres emosi menghasilkan vasokontriksi yang meningkatkan TD dan meningkatkan kerja jantung.
5.    Meningkatkan sediaan oksigen untuk fungsi miokard dan mencegah hipoksia.
6.    Diberikan untuk meningkatkan kontraktilitas miokard dan menurunkan beban kerja jantung.
Diagnosa II
Nyeri akut/kronis berhubungan dengan distensi jaringan oleh akumulasi cairan/proses inflamasi, destruksi sendi.
Tujuan   : nyeri dapat berkurang/hilang
Kriteria hasil:
1)   Menunjukkan nyeroi berkurang/hilang
2)   Terlihat rileks, dapat tidur/istirahat
3)   Berpartisipasi dalam aktifitas sesuai kemampuan.
1.   Kaji keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas ( skala 0-10).Catat faktor yang memcepat  dan tanda sakit non verbal.
2.   Biarkan pasien mengambil posisi yang nyaman.

3.     Beri obat sebelum aktifitas/latihan yang direncanakan.

4.     Observasi gejala kardinal.
1.     R/ membantu dalam memetukankebutuhan dan manajemen nyeri dan keefektifan program.

2.     Pada penyakit yang berat torah baring sangat diperlukan untuk membatasi nyeri/cidera berlanjut.
3.     Menigkatkan relaksasi, mengurangi ketegangan otot/spasme.
4.     Gejala kardinal menunjukkan keadaan fisik dari organ-organ vital tubuh, juga dapat memberikan gambaran kondisi pasien.
Diagnosa III
Ketidakseimbangan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan asam lambung akibat kompensasi sistem saraf simpatis
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah ketidakseimbangan  nutrisi kurang dari kebutuhan dapat teratasi.
Kriteria hasil :
Klien mengatakan mual dan anoreksia berkuarang / hilang, masukan makanan adekuat dan kelemahan hilang. BB dalam rentang normal.
1.     Kaji status nutrisi( perubahan BB< pengukuran antropometrik dan nilai HB serta protein
2.     Kaji pola diet nutrisi klien( riwayat diet, makanan kesukaan)

3.     Kaji faktor yang berperan untuk menghambat asupan nutrisi ( anoreksia, mual)

4.     Anjurkan makan dengan porsi sedikit tetapi sering dan tidak makan makanan yang merangsang pembentukan Hcl seperti terlalu panas, dingin, pedas
5.     Kolaborasi untuk pemberian obat penetral asam lambung seperti antasida
6.     Kolaborasi untuk penyediaan makanan kesukaan yang sesuai dengan diet klien
1.     Menyediakan data dasar untuk memantau perubahan dan mengevaluasi intervensi
2.    Membantu dalam mempertimbangkan penyusunan menu sehingga klien berselera makan
3.    Menyediakan informasi mengenai faktor yang harus ditanggulangi sehingga asupan nutrisi adekuat.
4.    Membantu mengurangi produksi asam lambnung/HCl akibat faktor-faktor perangsang dari luar tubuh

5.    Membantu mengurangi produksi HCL oleh epitel lambung

6.    Mendorong peningkatan selera makan.




Implementasi
Implementasi dapat dilaksanakan sesuai dengan intervensi setiap diagnosa yang diangkat dengan memperhatikan kemampuan pasien dalam mentolerir tindakan yang akan dilakukan
 Evaluasi
1.      Interview dengan keluarga pasien tentang pengetahuan dalam menghindari faktor pencetus terjadinya jantung reumatik.
2.      Observasi gejala dan serangan kelemahan kontrktilitas jantung.
3.      Observasi klien dan bicarakan dengan keluarga tentang macam –macam permasalahan yang dihadapi dan komplikasi lain
4.      Interview dengan klien tentang kegiatan sehari-dari
5.      Tentukan persetujuan dimana keluarga dan klien mengerti kondisi klien dan perpanjangan terapi yang dilaksanakan.
















BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Rheumatic Heart Disease (RHD) adalah suatu proses peradangan yang mengenai jaringan-jaringan penyokong tubuh, terutama persendian, jantung dan pembuluh darah oleh organisme streptococcus hemolitic-b grup A
Demam reumatik adalah suatu sindroma penyakit radang yang biasanya timbul setelah suatu infeksi tenggorok oleh steptokokus beta hemolitikus golongan A, mempunyai kecenderungan untuk kambuh dan dapat menyebabkan gejala sisa pada jantung khususnya katub.
Demam reumatik akut biasanya didahului oleh radang saluran nafas bagian atas yang disebabkan oleh infeksi streptokokus beta-hemolitikus golongan A, sehingga kuman termasuk dianggap sebagai penyebab demam reumatik akut.
Infeksi tenggorokan yang terjadi bisa berat, sedang, ringan, atau asimtomatik, diikuti fase laten (asimtomatik) selama 1 sampai 3 minggu. Baru setelah itu timbul gejala-gejala demam reumatik akut.
Seseorang yang mengalami demam rematik apabila tidak ditangani secara adekuat, Maka sangat mungkin sekali mengalami serangan penyakit jantung rematik. Infeksi oleh kuman Streptococcus Beta Hemolyticus group A yang menyebabkan seseorang mengalami demam rematik dimana diawali terjadinya peradangan pada saluran tenggorokan, dikarenakan penatalaksanaan dan pengobatannya yang kurah terarah menyebabkan racun/toxin dari kuman ini menyebar melalui sirkulasi darah dan mengakibatkan peradangan katup jantung. Akibatnya daun-daun katup mengalami perlengketan sehingga menyempit, atau menebal dan mengkerut sehingga kalau menutup tidak sempurna lagi dan terjadi kebocoran.
Apabila diagnosa penyakit jantung rematik sudah ditegakkan dan masih adanya infeksi oleh kuman Streptococcus tersebut, maka hal utama yang terlintas dari Tim Dokter adalah pemberian antibiotika dan anti radang. Misalnya pemberian obat antibiotika penicillin secara oral atau benzathine penicillin G. Pada penderita yang allergi terhadap kedua obat tersebut, alternatif lain adalah pemberian erythromycin atau golongan cephalosporin. Sedangkan antiradang yang biasanya diberikan adalah Cortisone and Aspirin.



Penderita dianjurkan untuk tirah baring dirumah sakit, selain itu Tim Medis akan terpikir tentang penanganan kemungkinan terjadinya komplikasi seperti gagal jantung, endokarditis bakteri atau trombo-emboli. Pasien akan diberikan diet bergizi tinggi yang mengandung cukup vitamin.
Seseorang yang terinfeksi kuman Streptococcus beta hemolyticus dan mengalami demam rematik, harus diberikan therapy yang maksimal dengan antibiotiknya. Hal ini untuk menghindarkan kemungkinan serangan kedua kalinya atau bahkan menyebabkan Penyakit Jantung Rematik

Identitas Pemilik

Nama                          : Susanti Tempat, tanggal lahir : Tuban, 25 Oktober 1997 Alamat                        : Ds. Kendalrejo RT. ...